Sabtu, 14 Mei 2011

zaal batu jilid II


Suatu sore, aku dan 2 temanku dalam perjalanan menuju parkir motor untuk pulang dari kampus. Perjalanan dari gedung H menuju laangan parkir selalu kami isi dengan canda, tawa, berbagi kisah , dan berbagi informasi. Sore itu,seperti biasa kami selalu bercerita seperti kegiatan hari ini, kuliah apa saja, dan sebagainya. Tapi sore itu, percakapan ini membuatku memetik beberapa pelajaran.
Salah satu temanku bertanya
D: “ Nu, kuliah apa tadi?”
Nu:“ hmm .. itu neuro” jawabku dan aku melanjutkan kalimat “ iya nih gue, ngambil pilihan koq neuro ya.. waduh hapalan tentang otaknya ampun deh.. , tapi seneng juga sih, dosennya pinteer abis”
D: “ owh ya ya nu.. mang siapa dosennya”
Nu: “ ada “ aku menyebutkan satu nama” gilaa tuh orang pinteer abiisss… kalo gue bilang pinteer berarti mang outstanding abis tuh orang. “
Temanku yang satunya tertarik juga dengan pernyataanku tadi dan ikut berseloroh
F: “ orangnya masih muda, nu?”

Nu menjelaskan : “ masiiih.. seumuran kita lah, 27.Nih bentar lagi, Dia dah mau lanjut lagi S3 ke australi. S2nya di London. Cewek, penampilannya oke deh. Always pake high heels. Yang gue tau, dia itu anak mantan pejabat tinggi Indonesia. Dan dia itu satu dari 2 pakar neuro di UI, kalo ngomongin otak. Ampun gue rasa tuh ya, anak kedokteran aja pasti kalah ma dia. .top abiss, pas kuliah gak akan nyatet deh. Tersepona ma pengetahuannya ”

Terus temanku yang langsung nyeletuk
D: “ nah, loe mang umur berapa”
Nu: “28” “ hehehehe.. “ terus aku langsung memiringkan kepala, menggigit bibir ini, dan menoleh ke bawah sambil menghindar dari kubangan air di jalan. “ eh iya, dibawah gue ya? , hmm dah keren kayak gitu”

Aku kemudian berdesis, menerawang dan mengeluarkan satu statemen “ Dunia memang kadang tidak adil”
Dan pernyataanku itu ternyata disambut dengan tawa oleh temanku

F: “hahahaha.. emang nu”
dan tertawanya menjadi semakin geli. Entah dia mencoba meng”satire”kan kehidupanku atau kehidupannya sendiri, .. entah apalah.aku juga ikut tertawa geli.. (kalau aku pastinya menertawakan diri sendiri)

Nu: yup. Apa coba yg dia dah gak punya. Dah kaya, pinter, cantik.. aah. Tapi kalo dia gak ok mah kebangetan. Segala fasilitas dah punya.., justru yang oke itu kita2 ini yang merintis dari bawah.. lebih berasa mendapatkannya ya gak?”

Dan mereka berdua mengangguk setuju panjang
F: “ Betul nuu.. gue setuju. Ayoo.. masih berjuang nih.. semangat”
Nu : “ hayaah.. semangaat. ”

Dan aku tersenyum hangat mengambang.
Percakapan ini tampak sederhana. Karena kita sering kali melakukannya. Bercakap2 tentang kehebatan orang lain.. dan membandingkannya dengan diri kita.

Pada sebagian orang, ada yang mencari pembenaran. Mungkin salah satunya aku dan temanku. Berdalih bahwa kami ini adalah pejuang . kami yang ditakdirkan bernasib tidak sekaya sang dosenku itu tadi tapi setidaknya kami masih bersyukur diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengenyam bangku perkuliahan. Walau usia terus beranjak naik, toh kami tidak malu duduk sama tinggi dengan anak baru lulus sma kemarin tuk sama-sama belajar apa yang disebut psikologi. Kami tidak malu, Mengakui bahwa masih kuliah lagi, belum secure secara financial seperti yang seharusnya dilakukan oleh orang-orang seumuran kami, dan melakukan tindak-tanduk khas-nya para mahasiswa disaat orang-orang sibuk dengan dunia nyata dan problematikanyya. Itulah kami, pembenaran.. untuk mengangkat semangat kami tinggi-tinggi. ^_^


Pada sebagian orang, mungkin tidak tertutup kemungkinan yang semakin menundukkan kepalanya dalam-dalam. Satire hanya sekedar satire.. kenyataan memang pahit. Dunia memang tak adil.. dan akan selalu tak adil untukku. Mungkin dalam benak mereka adalah” all I have to do just for surving in the messy world”. Suatu hal yang sedikit self-negativistik sebenarnya.. , semakin dipendam.. semakin lelah , semakin menjauh dia dari potensi dirinya, dan pastinya ia semakin sinis.. sinis dalam memandang orang lain dengan segala kesuksesannya, sinis dalam memandang segala problematika hidupnya.. dan sinis dengan kemampuan dirinya sendiri..,dan kesalahan ada pada dunia, pada oranglain yang melampaui, pada segala halangan yang telah hinggap di hidupku, dan pada diriku yang kesal mengapa aku harus begini. Harus seperti ini..

Nah.. menyimak kembali hubungan dengan Zaal batu jilid 2. Ini judulku. Based from satu bab (di Sang Pemimpi atau Edensor , aku lupa). Aku ingin mengajak teman2 untuk tertawa bersamaku dan dua temanku tadi. Bahwa rencana memang adalah rencana. Plan a, b, c, d, sampai z tetap butuh fungsi eksekutor untuk merealisasikannya. kami ingin mensejajarkan diri kami dengan si mbak yang mau s3 di usia 27 tadi lho.. butuh realisasi lebih dari sekeras batu. realisasi kami.. skul di psikologi. karena apa?

Hmm, aku ingat satu percakapan dengan salah satu temanku yang lain. Pertanyaan mengapa kuliah di psikologi??
Dan aku menjawab “ pencarian diri”, atau kami teman2 di psikologi kadang menyebutnya dengan “ berobat jalan”. Rangkaian proses yang terus bergulir sepanjang hidup. Dan ia berkomentar.

“ tak perlu kuliah di psikologi toh untuk mencari diri”.
Hmm, aku pastinya tidak menjawab dengan teori-teori filsafat praktis seperti yang diajarkan mas Aten. Karena pertanyaan ini sering kali kudapatkan. Kadang aku hanya diam dan membiarkan mereka dengan dugaan atau komentar mereka sendiri.

Tapi saat itu aku jawab “ jalan orang beda-beda”
Dan ia melanjutkan “ betul, lanjutkan saja kata hatimu”.

I’ve got smile. Agak sulit menerjemahkan betapa psikologi adalah titik balik dari kehidupanku. Agak panjang ceritanya bila aku mengungkapkan bahwa memang pencarian jati diri tidak selalu didapat di psikologi. Setiap individu punya pengalaman pribadi yang unik yang dapat menjelaskan bagaimana pencarian dirinya. Untukku, yang selalu bertanya tentang siapa aku.. dan pertanyaan tentang pribadiku, mengapa sih aku selalu bersikap seperti ini, dan segala hal tentang manusia, alam, kehidupan, keluarga, Tuhan, agama.. masyarakat, norma, makna dari suatu status, bagaimana seorang belajar, cinta, lingkungan bahkan tentang Sex kudapatkan dari diskusi-diskusi panjangku bersama rekan-rekan di ruangan kampus ini.
Memang teoritis.. tapi aku optimis bahwa memang inilah yang kucari.
Dan aku optimis, bahwa keindahan aksara ilmu yang kudapatkan akan kucurahkan sedemikian penuh tidak hanya untukku tapi demi orang-orang sekitarku, lingkunganku, bumiku.. dan agamaku.

Mungkin individu yang lain, punya hal yang berbeda lagi…
Diimana zaal batu-nya.. plan A-nya tidak berjalan dengan semestinya… dan ia harus cepat mengambil langkah plan b. mungkin bagiku, I told to everybody… I want it.. and I have my own way to get it..

Dan hal-hal yang menggairahkanku.. adalah to reach it. Of course I have the others target..
Tetapi ini menjadi sesuatu yang menantang diriku.., pekerjaan besar yang akan mengantarkanku ke pekerjaan besar lainnya.

Coco Chanel baru memulai usaha topi khas-nya di usianya yang ke 27. Tapi siap ayang tahu fashion, pasti gakmungkin gak kenal dia..

Madonna baru terjun ke dunia entertainment di usianya yang ke 26. Who is the diva? Bagaimanapun kontreversialnya dirinya.. she knows what she is doing and she is a strong women.

Kakaknya temenku (seorang penyiar radio terkenal di Indonesia ) memulai karirinya sebagai penyiar radio di usianya ke 30. Walaupun temenku bilang, kakaknya hanya lulusan D1 lho…dan aku menikmati suaranya di setiap sore

Seorang nenek (dengan rambut putih keriting disasak, lipstick merah, dia selalu duduk di bangku paling depan ketika perkuliahan. Bawaannya banyak, kertas-kertas, buku-buku dan alat perekam. Mulutnya selalu komat-kamit menyambut pertanyaan-pertanyaan dari dosen.. walau kadang bener kadang ngawur, toh dia tidak peduli.., kami memanggilnya mami.. heboh, rame, menyenangkan.. dan dia berhasil diwisuda menjadi sarjana psikologi di usianya ke 67.

Bang Andrea Hirata yang selalu menginspirasi.. dia tak ganteng, tak kaya,
Dan ia terkenal juga di usia yang tak lagi muda.. ,menulis telah mengubah dirinya.

Sebagai individu dewasa.. pilihan akan selalu hadir.. enak enak. Enak tidak enak. Tidak enak enak. Tidak enak tidak enak..
Pilihan adalah milik kita.
Jalan orang memang beda-beda.
Dan saat itu kita baru percaya bahwa setiap jalan akan selalu menghadirkan pelajaran untuk kita lebih baik dalam memandang hidup..
Dalam pikiran, rasa dan tingkah laku..

Nunu..
tengah malam lagi.
masih bersiap tuk baca Gardner lagi.
^_^

semangat, kerja keras.. dan dedikasi memang tidak pernah bisa tergantikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar