Jumat, 06 Mei 2011

Love me Completely



Ketika saya berusia 23 tahun dan (mungkin) lebih tidak bijaksana daripada sekarang, dan saya belum memiliki kekasih seperti yang dimiliki teman-teman, saya diperkenalkan dengan satu orang pria oleh seorang teman baik saya melalui telepon. Sebenarnya teman saya tidak terlalu mengenal sang pria ini dengan baik kecuali beberapa interaksi dalam beberapa kegiatan pekerjaan dan juga percakapan melalui telepon. Pada awalnya, percakapan kami hanya berkisar dengan pertukaran informasi-informasi yang biasa dalam perkenalan seperti apa pekerjaannya saat ini, usia, hobby, minat dan sebagainya.


Tetapi kemudian percakapan melalui telepon ini menjadi semakin intens setelah kami bertukar foto melalui email. Saya mengetahui bahwa ia cukup menarik dan memenuhi kriteria pria yang saya inginkan secara fisik dan ia juga menilai saya cukup menarik hanya dengan foto-foto saya yang terbaru. Saya berpikir, bila penampilannya semenarik dan segagah itu, pastilah dia orang yang menyenangkan. Dia juga berpikir bahwa bila gadis ini yang memiliki suara lemah lembut, sopan, dan mudah diajak berbicara, juga pastilah gadis yang menyenangkan. Selain itu, dia benar-benar terpikat dengan foto-foto saya yang saya tahu bahwa hampir semua orang setuju bahwa saya adalah seorang yang cukup fotogenic. Saya memang beruntung dengan hal itu, tapi saya tidak pernah menyangka bahwa perkenalan dengannya akan memberikan saya satu pengalaman yang unik dan selalu saya kenang seumur hidup saya.

Teman saya tak banyak bercerita tentang sang pria ini, karena memang dia tak mengenalnya dengan baik kecuali mengetahui hal-hal sedikit seperti dia cukup perhatian, berasal dari suku yang sama dengan teman saya, seorang pekerja keras, cukup pintar, berwajah tampan dan bertubuh atletis dan aktif di beberapa organisasi. Tepat sekali dengan kriteria yang saya inginkan saat itu. Dengan keterbatasan pengetahuannya tentang pria ini, dia pun hanya bisa merekomandasikan bahwa bila saya bersama dengannya, saya akan merasa beruntung karena dia adalah lelaki yang sangat menarik dan sexy, titik. Itu saja, dan saya yang dibombardir dengan intensitas attachment via telepon, SMS, YM dan email, mulai merasa rona-rona merah di pipi. Insting dari peninggalan evolusi sebagai perempuan dengan jelas mengatakan bahwa Saya jatuh cinta.

Hormon-hormon jatuh cinta seperti Endorphin dan dophamin seperti coklat yang membuat saya selalu bersemangat bila bercerita tentang dia. Saya benar-benar jatuh cinta atau bisa dikatakan saya mengalami demam Virtual Love Romantic relationship.

Bila Tiffanny mengatakan “If Love is Blind”, maka saya benar-benar “ Blind”. Saya benar-benar mabuk dengan pujian-pujiannya, perhatiannya, kepribadiannya, cerita-ceritanya, dan sebagainya. Semua selalu tentang dia. Saya yakin bila otak saya di scan, maka dapat ditemuakan dua area dari otak yaitu dalam cerebral cortex, terdapat satu area berwarna pink yaitu pada media insula dan pada cingulate yang dikenal sebagai bagian yang bereaksi pada obat-obat yang memabukkan. Keaktifan dari area ini dengan warna pink-nya membangkitkan tiga jenis emosi di dalam otak yaitu passion, crazy, dan attachment. Emosi ini membangkitkan euforia dan bisa mengakibatkan obsesi. Dopamin, phenylethylamine, seretonin dan neropinepherin menyebabkan perasaan saya mencapai segalanya.

Semua orang tahu dengan jelas saat saya jatuh cinta ketika saya menerima telpon darinya dengan binar-binar, dan wajah yang sumringah, senyum yang selalu manis, dan aura hangat tampak dalam keseluruhan saya. Saya membayangkan ada didekatnya, menatapnya, mendengar suaranya, menyentuh kacamatanya, tersenyum untukknya dan berbicara banyak hal tentang kami di suatu sore indah di pesisir danau. Bila ada satu kalimat yang mengatakan bahwa ” wanita jatuh cinta melalui telinga, dan laki-laki melalui mata” maka hal itu memang benar saya rasakan. Dia jatuh cinta hanya pada foto saya yang unreal, dan tak lupa suara lirih mendayu-dayu yang tak sadar saya ciptakan untukknya. Ia berkesimpulan bahwa saya memang secantik seperti yang tampak di foto, selembut suara di telpon, semenyenangkan ketika berbicara. Ia membayangkan saya memiliki kepribadian yang sesuai seperti yang dia inginkan, manja, anggun, dependable, komunikatif dan mempercayainya dengan penuh. Kami memendam rindu yang terkemas dalam kegelisahan akan satu pertemuan. Pertemuan yang mau tak mau, cepat atau lambat pasti akan terjadi. Rindu itu semakin dalam, semakin resah, dan menyiksa.


Intensitas ini terus berlangsung sampai suatu saat saya sadar bahwa saya harus bertemu dengannya untuk merealisasikan bayangan-bayangan kami. Tak mungkin hubungan ini akan berlangsung terus menerus seperti ini. Saya sadar betul, bahwa saya bukanlah seorang yang cukup percaya diri dengan kata lain, saya memiliki harga diri yang rendah dalam memandang ketubuhan dan kemenarikan saya. saya telah mengalami beribu-ribu episode pelecehan terhadap tubuh ”montok” yang saya miliki dari orang-orang sekitar sejak kecil.saya mengalami apa yang disebut oleh psikolog sosial dengan Appereance anxiety ( kecemasan penampilan) yaitu saya merasa saya tidak cantik, saya adalah itik buruk rupa yang mengidamkan pangeran tampan dan semua orang setuju dengan hal tersebut.Saya memiliki tubuh yang berada diatas proporsional, dan ini membuat saya malu bila berjumpa dengannya. Saya tahu, ia pasti akan malu bila memiliki kekasih seperti saya. Saya tak melihat kesempurnaan dari diri saya dan saya ingin mengubahnya. Saya ingin tampak cantik, segar, modis, pintar, dan menyenangkan. Saya tahu saya harus merombak penuh penampilan saya. Saya pun mengambil keputusan bahwa saya harus menurunkan berat badan saya semaksimal dan seefisien mungkin agar bisa segera bertemu dengannya.

Langkah penurunan berat badan ini pun melibatkan banyak teman-teman disekitar saya. saya sangat keras dalam mendisiplinkan diri untuk olahraga di setiap pagi dan sore bahkan malam hari sehabis saya pulang mengajar. Saya terus berlatih untuk senam aerobik, latihan beban, lari, jalan cepat, sit-up bersama dengan teman-teman di kostan. Saya mengatur pola makan dengan mengurangi karbohidrat dan memperbanyak protein. Saya bahkan mengkonsumsi beberapa suplemen untuk membantu mencegah nafsu makan. Saya benar-benar terobsesi untuk menurunkan berat badan semaksimal mungkin hanya untuk satu hal. Pertemuan dengannya, di suatu Sabtu sore. Tujuan ini terus men-drive saya menjadi sangat fokus akan takut kehilangannya, dan saya tidak cukup akal sehat untuk berpikir bahwa diet ini bisa saja membahayakan tubuh. Tapi tidak terjadi keadaan yang membahayakan walau saya sudah diingatkan teman saya untuk tidak seekstrim itu. Endorphin jatuh cinta telah menutupi perasaan lapar menjadi kenyang dan membuat saya terus bergerak membakar kalori.

Setelah beberapa minggu, tibalah waktu saya untuk bertemu dengannya. Saya berpikir apakah pertemuan ini adalah keputusan yang tepat. Tapi teman saya mendorong saya, bahwa bila pria ini benar-benar jatuh cinta dengan saya pastilah dia akan menerima saya apa adanya diri saya. Saya berhasil menurunkan dengan cukup signifikan, dan saya membuat repot teman-teman dalam menyiapkan penampilan ke pertemuan itu. Saya dan teman-teman mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik kecuali saya terlambat datang ke pertemuan itu. Dan apa yang terjadi setelahnya..

Kami memang menghabiskan waktu bersama sepanjang sore, tapi tak banyak bicara seperti pembicaraan di telepon, tak ada kehangatan seperti yang kami bayangkan. Semua berjalan dengan baik sebenarnya, tapi kami menemukan bahwa kami tidaklah pasangan yang sesuai. kami merasakannya dari dalam hati kami, bahwa kami telah salah menilai satu sama lain. Sore itu, berakhir lebih awal dari perencanaan dan saya pulang dengan pertanyaan besar di kepala. Akankah hubungan kami dilanjutkan esok hari dan hari berikutnya?

Keesokan harinya, kecemasan saya menjadi kenyataan. Ia tak lagi menelpon saya, tak mengangkat telpon saya dan setelah beberapa lama saya mengetahui bahwa ia menginginkan hubungan kami diakhiri saja. Saya menghela nafas, dan jatuh dalam tangis yang kembali membuat saya mengurung diri di kamar. Saya merasa tertipu, dibuang, tak dihargai, dan benar-benar tak percaya bahwa saya mengalaminya. Tetapi kemudian dengan bantuan teman-teman, saya kemudian melihat pengalaman ini menjadi suatu yang dapat dipetik hikmahnya.

Saya menemukan bahwa lebih baik saya ditinggalkan oleh lelaki dangkal saat ini daripada di kemudian hari, setelah membangun hubungan jangka panjang dan komitmen ( pernikahan). Setelah bertahun-tahun melewatinya, saya masih saja tersenyum bila mengenangnya bersama dengan teman –teman yang ada bersama saat itu. Saya bisa menjelaskan segala sesuatu yang terjadi saat itu dengan teori-teori interpersonal yang saya pelajari di Psikologi. Secara keseluruhan , manfaat paling besar dari pengalaman ini adalah pelajaran bahwa ketika seseorang tampak menarik dan menyenangkan, hal itu bukan petunjuk yang baik bahwa orang tersebut benar-benar baik dan menyenangkan. Tak ada salahnya, menggunakan logika ketika jatuh cinta bukan?

Pengalaman ini mengubah total cara pandang saya mengenai tubuh saya dan saya masih optimis bahwa pria yang mencintai saya adalah pria yang mencintai lengkap dengan keseluruhan lemak dari tubuh saya, jerawat yang kadang muncul di wajah, kacamata saya, keyakinanku, diskusi-diskusi filosofis saya, sifat bossy dan moody saya, mimpiku untuk menjadi psikolog,gaya berbicara,gaya menulis, film-film, aroma vanilla, liverpool, pombom, tom hanks, teman-teman, keluarga, kucing, cangkir kopi, cara pandang saya tentang hidup,ketidak rapihan saya, kamar 3x3 ini, usia yang semakin bertambah,saat-saat menjadi pesimis dan sentimentil, kecemasanku, rencana-rencanaku, keperfeksionisanku, suara sopranku, masakanku, bahkan celotehan-celotehan cerewetku. Dan aku yakin, dia ada karena kami ada. Huffffffff......aku yang masih menunggu..dengan manis. Ah, Tuhanku aku tahu Kau tau aku menunggu.


Nina Kreasih ( bakal calon psikolog, insya Allah)
Diketik sore sebelum kuliah psikopatologi dan masih berpikir untuk ganti topik skripsi, tapi apa yaa...

Ide dari Baron& Bryne ( 2005). Social Psychology. Allyn & Bacon: New York

2 komentar:

  1. ^^,,kak nu,,ini yang namanya "lulus ujian",,Allah pasti bangga padamu,,perempuan istimewa untuk laki laki yang istimewa,,jangan lelah menunggu dan berdo ya kak,,^^,,

    BalasHapus
  2. aha, akhirnya dirimu bisa menulis komen di blog ku juga adikku sayang. terima kasih banyak. You're always beside me.. in the good time and the bad time. dan aku bisa melalui semua itu... tak bisa kalau tak ada kalian. hehehehe.. insya Allah, aku selalu ingat bahwa Janji Allah itu pasti.
    tak ada keraguan untuk membantahNya. terima kasih doanya, adikku. bersama kita saling mendoakan. untuk hidup yang lebih khimad, dan kebermaknaan di setiap episodenya.

    karena ia (sang pria kita) begitu dekat.. aku bisa merasakannya. ^^

    BalasHapus