Selasa, 29 Oktober 2013

Persepsi Kasih

Persepsi Kasih

Kau tau anakku, ada suatu cerita seekor kambing yg sedang berjalan dan berpapasan dengan seekor ayam, kemudian dia berkata kepada si ayam,
"hei, kasihan sekali engkau, kakinya hanya dua!"
dan si ayam meringis membalas apa yang diucapkan si kambing
"Lho, kamu yang lebih kasihan. masak tangan dijadiin kaki seperti itu"

Anakku, kisah ini mengandung makna. sering kali kita berfikir orang lain akan berfikir seperti yang kita fikirkan, tetapi tidak begitu. Kasihannya versi masing2 hewan, berbeda-beda definisinya. Itulah yang dinamakan Persepsi. Subjektif, dilihat dari kacamata si empunya mata.

Nah, dalam hidup, kita pasti akan menjumpai orang-orang yang terkadang menurut kita "lho koooqq.. begitu amat sih, bukankah seperti ini semestinya, bukahkah seperti itu semestinya". Ketahuilah, Jangan memaksakan kehendak, Jangan memaksakan isi kepala kita mesti sama dengan yang mereka fikirkan, Jangan habiskan waktumu pada orang-orang yang bersikeras pada apa yang diyakininya walau kau tau itu salah.

Manusia tumbuh berkembang sebagai suatu sinergi interaksi antara genetika yang dimilikinya dan juga pengaruh lingkungan. Pola asuh adalah salah satu yang sangat penting sekali dalam pembentukan karakter manusia. dan tidak ada orangtua yang sama persis pola asuhnya di dunia ini. dan itulah tugas penting orangtua, menanamkan nilai-nilai yang menjadi bekal anak nanti dalam menempuh kedewasaan. Dengan pola asuh yang diyakininya, dia akan menempa sang anak, berharap bahwa anak-anak mereka akan tumbuh besar menjadi manusia yang bermanfaat dan agung dengan nilai.

Di dalam Keluarga, itulah sekolahmu yang tak akan pernah usai. Di dalam keluarga, itulah dimana kamu melatih rasa, cinta, karsa, membuatmu berpersepsi seperti yang sekian lama sudah menjadi pengalaman hidupmu. Di dalam keluarga, kau kemudian menarik kesimpulan, hal-hal mana yang akan kamu bawa serta, menjadi nilai keseharianmu, menjadi bendera harga dirimu, menjadi ciri khas sikap karaktermu, teguh, tak terombang ambing oleh kemelut, atau hal-hal mana yang semestinya kamu lepaskan, atau kamu buang seketika.

Kau tau anakku, bahkan walau jika aku ini ibumu mengajarkan keburukan kepadamu, kamu masih punya pilihan untuk menanamkan dalam hati, atau membuangnya jauh-jauh. aku tentu saja tak sama denganmu. kamu juga tak sama dengan aku. kita hidup berbeda zaman, dan berbeda dinamika. Kebaikan dan Keburukan, adalah pakem yang terkadang saklek dan pasti bergulir dari zaman ke zaman. Norma disepakati, namun nilai tetap subjektif tergantung bagaimana seseorang menanamkannya. bagi sebagian orang lain, penting, dan ia teguh dengan nilai yang diyakininya. bagi sebagian lagi, tak perlu, toh aku bisa hidup baik-baik saja tanpa nilai itu. bagi sebagian lagi, mungkin menghempaskannya, mencibirnya, bahkan berkeliling dunia berkampanye untuk menghilangkan nilai-nilai itu. bisa saja...

Kredo sederhana tentang nilai
"Siapa yang Menanam, dia akan Menunai".
begitulah bagaimana aku mengajarkanmu tentang hukum sebab akibat ini. Nilai-nilai kebaikan tidak akan tertukar dengan mata uang apapun. dan Keindahan Budi Pekerti, luhur jujur selaras antara hati, ucapan, pikiran dan perbuatan, tidak akan pernah tertindas oleh mereka yang bermuka manis namun menusuk dari belakang. Senyum sabar, tak akan pernah terintimidasi oleh mereka yang bernafsu tapi tak berilmu. Begitu banyak nilai kebaikan yang mestinya terserap, dan terpantul-pantul dalam dialog kita pagi tadi. dan masih banyak lagi yang akan terus kita pelajari bersama. Dalam suka, dalam cita, dalam cinta, dalam bahagia..
dalam bahasa kasih, dan pelukan sayang..

satu hal yang pasti kau amati
memahami persepsi kasih, melimpahimu energi yang menyelimuti, melepaskannya ke seluruh penjuru..

HIdup memang tidak akan selalu menyenangkan, dan aku tidak akan selalu ada untukmu, dan kupastikan kamu tidak akan pernah gagal menerjemahkan persepsi kasih energi dari berbagai manusia setiap hari.

memulai pagi ini, dengan senyum terbaik..

^^