Sabtu, 03 Maret 2012

The Good Step Mother



Apa rasanya memiliki pasangan yang memiliki masa lalu yang terus membayangi kehidupan ? saya berseloroh, seperti memakai sepatu kulit yang sekian lama telah menjejaki lumpur hitam pekat, dan ketika menginjak lantai, meskipun dengan segala daya upaya meruntuhkan sisa lumpur tadi. Toh, tetap saja, bau lumpur rawa yang pekat terus membayangi dan membawa aromanya ke seisi ruangan. Seperti hati yang pernah tertoreh, lukanya seakan sudah sembuh, tapi ternyata bekasnya masih tampak.


Bagaimana dengan memiliki pasangan yang memiliki sejarah hubungan yang gagal dimasa lalu? Kemudian, dari hubungan di masa lalu itu, membuahkan beberapa orang anak yang tidak bersalah yang kemudian tercerai berai oleh permasalahan orangtuanya. Perceraian memang sedikit banyak berimbas kepada psikologis si anak. Dengan bayangan yang dibuatnya sendiri, si anak mesti dipaksa ditarik keluar ke dunia orang dewasa untuk memahami apa makna dari kata perceraian orangtuanya. Makna perceraian ini bisa bermacam-macam tergantung bagaimana sang anak merasakannya. Ada sang anak yang merasakan kepedihan saat tidak bisa melihat ayahnya atau ibunya ada dirumah lagi, kasih sayang yang dulu didapatkan dari kedua orangtua sudah tiada lagi, ada sang anak yang merasakan terpisahnya dia dengan saudaranya karena pembagian hak asuh, atau ada anak yang kemudian merasakan bahwa dengan bercerai, entah ayah atau ibunya akan menikah lagi dengan seseorang yang ia tak kenal siapa orangnya.

Saya teringat pada tokoh kartunnya Disney, Cinderella yang memiliki ibu tiri yang super duper galak judes dan suka banget nyuruh-nyuruh Cinderella mengerjakan pekerjaan rumah. Atau jaman dulu, ada film alm. Ateng yang pernah diputar di TVRI yang berjudul “Kejamnya Ibu kota tak sekejam ibu tiri” yang membuat saya lantar berpikir. Kenapa ya ibu tiri selalu digambarkan sebagai ibu yang galak kepada anak tirinya? Saya mencoba membayangkan, memahami dan merenungkan. Seperti apakah dikotomi citra ibu tiri dan ibu kandung.

Ibu kandung adalah sosok yang tiada duanya. Dialah yang mengandung dan melahirkan kita. Sejak awal, ia menyadari ada kehidupan baru yang dititipkanNya untuk dirawat. Allah mempersiapkan si ibu selama 9 bulan sehingga si ibu siap menerima titipanNya dan merasakan kebahagian yang luar biasa sehingga dapat mengasihi titipanNya itu. Ketika Allah menitipkan kehidupan baru, Dia pun mencukupinya dengan kelimpahan rejeki sehingga rejeki itu dapat digunakan untuk merawat dan membesarkan titipanNya itu. Apakah semua ibu kandung merasakan hal ini? Saya tak yakin.. kita bisa simak dari pemberitaan wara wiri di televisi, ibu-ibu yang menelantarkan bayi yang baru dilahirnya dengan membuang di tempat sampah atau tega menjual anaknya untuk sekian rupiah bahkan ada ibu yang kemudian dengan hilang akalnya, menhilangkan nyawa anaknya untuk berbagai dalih perekonomian dan permasalahan lainnya. Ya Rabb.. !! seakan semua itu jauh dari pandangan mata kita, padahal sebenarnya di sekitar kita pun bukan tak mungkin bisa dijumpai kasus-kasus seperti itu.


Nah, bagaimana dengan ibu tiri. Ada yang pernah menonton serial Si Doel Anak Sekolahan? Pasti tahu dengan tokoh bernama Zaenab yang diperankan apik oleh Maudy Koesnaidi. Dalam serial ini pun, diceritakan bagaimana Zaenab memiliki ibu tiri yang juga jutek dan demen banget ngejodohin Zaenab sama si Ahong. Awalnya, Zaenab tidak tahu kalau mpok Tonah ini adalah ibu tirinya. Sampai suatu episode, si mpok Tonah cerita kalau walaupun dia ini ibu tirinya,tapi dia tetap ingin yang terbaik buat Zaenab (maaf kalau lupa yang beneran ceritanya) . Ibu Tirinya Zaenab yang ini, memang divisualisasikan seperti ibu tiri yang galak. Meskipun begitu, dialah yang merawat Zaenab sedari kecil, merawat anak yang tidak dikandungnya. Menjadi ibu tiri, mungkin bukan hal yang diinginkan olehnya, bukan hal yang bisa dielakkan olehnya. Lepas daripada segala kekurangan dan kelebihannya, dia menyayangi Zaenab seperti anaknya sendiri.


Ketika seorang wanita mejadi ibu, tentu berbagai tugas dan tanggung jawab wajib ia jalankan. Berbagai hal harus ia kerjakan sehingga waktu, pikiran dan tenaganya tersita untuk hal-hal baru yang tiba-tiba saja harus ia lakukan. Berbagai hal pun harus dipahami dengan seksama. Hal-hal yang saya sebutkan diatas, salah satunya adalah berdamai dengan masa lalu suami. Atau hal-hal lainnya, seperti penolakan dari sang anak tiri, konflik masa lalu yang merembet dari sang mantan istri (It's a shame that some ex's feel that just becasue they have a child with there ex's that they still need to be involved with there ex's new life relationship), kondisi finansial yang jauh dari stabil, dan sebagainya.

Dengan segala problematika yang telah dikomitmenkan ketika pernikahan, mereka perlahan mencoba membentuk imaji “ibu tiri” nya sendiri. Imaji ini memerlukan bahan bakar yang dinamakan “Ketulusan”. Disini, teori seakan tidak lagi berguna, karena ilmu ikhlas dan sabar lah yang menjadi ingredient utama hubungan antara ibu tiri dan anak. Dalam prakteknya pun, saya rasa entah mengapa sulit menemukan buku tips untuk para ibu tiri yang baik. Bolak-balik berada di toko buku, saya sering menemukan hanya buku menjadi ibu yang baik, menjadi ibu yang super, menjadi ibu yang number one untuk anaknya. Tapi tidak pernah dicantumkan..ibu (tiri).??


Dan saya pun kemudian menyimpulkan bahwa ibu dengan kata keterangan yang mengikutinya, merupakan sebuah penghormatan. Tidak ada alasan bagi kita untuk tidak menghormatinya. Seperti Goodmother, will be. Saya percaya ibu tiri dengan relativitas persepsinya pada hubungan dengan anak tirinya, juga memiliki hak untuk dihormati. Tak selalu ibu tiri adalah seorang yang jahat dan bengis. Tak selalu juga ibu kandung adalah peri yang baik hati, yang selalu mengasihi dengan ketulusan hati. Dan sekali lagi, kata nya ahli Neuro psikologi, manusia tidak membutuhkan sekedar hormon prolaktin dan oksitosin untuk mengukuhkan insting keibuannya. Dengan hormon yang tidak diproduksinya, ibu tiri pun memiliki kesempatan yang sama tuk menjadi Goodstepmother, will be. Entah bagaimana dan bilamana...

...
Late night, my husband getting ill, fresh milk, sleepy and prayer for my stepchildren.
Amin.
Ask: Will I?