Sabtu, 30 April 2011

Psikologi Belajar Psikologi


Apa yang ada dalam benak anda bila mendengar kata “psikologi”? Pertanyaan ini sering saya ajukan kepada rekan-rekan yang sering kali mengutip kata ”psikologi” sebagai istilah yang umum dipakai dalam pergaulan sehari-hari. Kebanyakan dari mereka menjawab Psikologi adalah ”ilmu tentang jiwa”. Karena memang secara harfiah, psikologi berasal dari bahasa Yunani, Psyche yang artinya jiwa dan logos yang artinya ilmu. Sehingga, tak heran lulusan Psikologi kerap di cap sebagai ”dokter jiwa”.

Walaupun pada kenyataannya mahasiswa Psikologi belajar tentang Psikopatologi seperti Schizhophrenia dan depresi ;tidak berarti menjadi Psikolog adalah sama dengan dokter jiwa karena psikolog bukanlah dokter yang mengambil spesialis kejiwaan atau psikiatris dan psikolog tidak diperkenankan meresepkan obat kepada kliennya. Hal ini juga kadang masih belum dipahami juga bahkan oleh mahasiswa Psikologi sekalipun yang ternyata masih ada satu-dua yang sampai ke berapa waktu masa perkuliahan masih saja belum paham akan essensi ilmu yang sedang dipelajarinya.tapi sudahlah, mungkin karena mereka belum mencermati pembelajarannya. Lantas, apakah yang dipelajari di Fakultas Psikologi kalau bukan tentang jiwa manusia ?

Psikologi adalah ilmu yang relatif baru karena usianya pun didaulat sebagai science belum sampai 150 tahun sejak Wilhelm Wundt mendirikan Labarotarium Psikologinya yang pertama tahun 1879 di Leipzig. Singkat kata, Psikologi mempelajari Tingkah Laku Manusia. Nah, berarti ke semua aspek dari Tingkah Laku Manusia dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah agar dapat diprediksi dan dimodifikasi baik tingkah laku yang overt ( terlihat) atau tingkah laku yang covert ( kognitive ). Inilah yang menjadi sorotan utama pembelajaran di Psikologi. Sehingga, dapat disimpulkan ranah pembelajaran di Psikologi bukan lagi luas tapi sangat luas. Sebanyak manusia di dunia ini sebanyak itulah probabilitas pembelajaran tingkah laku nya. Jadi, selagi ada manusia, disitu Psikologi berada. Tidak hanya sebatas menjadi HRD, Psikolog klinis , Psikolog Anak, Guru Bimbingan Konseling , tapi juga bisa menjadi Edukator dalam Seminar atau penyuluhan, trainer dalam pelatihan soft skill, jurnalis, tim kreatif iklan, Aktivitis Sosial, Peneliti bahkan Entreupreuner. Ada begitu banyak bidang yang bisa dirambah oleh lulusan Psikologi. Untuk itu apa saja yang menjadi mata kuliah, agar lulusan Psikologi dapat berkiprah di Masyarakat? Kemudian apakah mata kuliah itu dapat menjawab kebutuhan masyarakat akan kehadiran lulusan Fakultas Psikologi?

Pertanyaan yang unik dan menggelitik pikiran saya selama beberapa hari terakhir. Selama lebih dari tujuh semester, dan sekarang melangkah dalam penyusunan Skripsi, ada sekian mata kuliah yang harus ditempuh dan dikuasai. Tetapi sebelum bercerita tentang mata kuliah apa saja di Psikologi. Izinkan saya untuk bercerita, bagaimana bisa saya tercemplung dalam jurusan ini.

Sebelum kuliah di Psikologi, saya adalah lulusan Elektronika Industri yang ternyata sangat tidak saya nikmati prosesnya. Saya tidak memiliki keberanian untuk keluar dari jurusan ini walaupun saya tahu saya sangat tidak suka dengan jurusan ini, saya tahu seharusnya saya tidak berada diantara tumpukan kabel-kabel, osiloskop, solder, PCB, dan lain-lain. Saya tidak berani mengambil keputusan karena jelas saya tidak kenal siapa diri saya. Saya lulus dengan nilai pas-pasan dan saya juga tidak berniat bekerja di perusahaan yang bergerak dalam industri. Saya juga mengalami masalah dilemmatis antara diharuskan kembali pulang ke kampung halaman atau tetap bertahan disini dengan segala kebingungan dalam hidup yang saya rasa cukup berserakan puzzle-puzzlenya.

Terus terang, saya tidak malu mengakui bahwa saya pernah ’depresi’ saat itu. saya merasa tidak berharga, tidak mampu, tidak menarik, tidak memiliki apa-apa, tidak berguna, dan semua perkataan negatif lainnya yang saya tujukan pada diri saya. Sampai suatu saat, kost-an saya yang sepi dengan diskusi kemudian didatangi oleh sekolompok mahasiswi yang membuat saya menemukan satu kepingan puzzle yang hilang. Mereka membuka wawasan saya, dengan diskusi-diskusi panjang yang memberikan inspirasi bahwa saya harus membereskan kembali kehidupan saya. Ada sesuatu yang harus saya lakukan yaitu Belajar. Saya harus kembali ke bangku kuliah lagi untuk mengejar ketertinggalan pola pikir saya . lantas, mengapa saya memilih Psikologi?

Kalimat yang paling saya suka untuk menjelaskan hal ini adalah ” berobat jalan”. Hal itulah yang menuntun saya menuju Psikologi, karena akhirnya saya lelah dengan komentar-komentar miring orang tentang saya dan saya mulai mendengarkan kata hati saya sendiri. Tapi kali ini, saya bisa membuktikan bahwa inilah langkah yang saya mau dan tentu, saya harus bertanggung jawab dengan langkah ini.

Sampailah saya ke dalam barisan perkuliahan sore hari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Fakultas yang menjadi acuan pengembangan fakultas psikologi universitas lainya di Indonesia. Saya membayangkan, kuliah di Psikologi pastilah sangat menyenangkan karena materi-materinya sangat dekat dengan kehidupan. Dan sebagai mahasiswa Psikologi, tentulah saya sering didengarkan pendapatnya menurut pandangan ilmu psikologi. Hal ini membuat saya jadi tampak keren. Walaupun, ternyata saya harus belajar bahwa mengemukakan pendapat atas nama keilmuan itu boleh saja, asalkan benar-benar valid dan reliable.

Saya harus bisa menguasai apa saja yang dipelajari selama perkuliahan dua semester setahun. Dengan durasi tiga bulan persemesternya, perkuliahan serasa seperti ’berlari”, karena sangat cepat tapi tetap menantang sinaps-sinaps elektron di otak saya untuk berkoneksi dan mengikat hubungan antara milyaran neutron sinyal-sinyal keilmuan.

Jangan bayangkan, bahwa Psikologi juga tampak semenyenangkan bila belajar tentang cinta, persehabatan, pernikahan, perselingkuhan yang didapatkan di mata kuliah hubungan interpersonal. Kalau hanya sekedar perkuliahan plus ujian saja kurasa, semua mahasiswa psikologi yang notabene ber-IQ diatas 110 ini akan mendapatkan IP selalu diatas 3. Karena ternyata, yang dihadapi adalah Tugas, Tugas dan Tugas. Psikologi adalah Fakultas yang paling banyak memberikan tugas kepada mahasiswanya setiap semesternya. Perbandingannya, satu tugas akhir semester di fakultas lain itu sama dengan satu tugas chapter yang harus dikerjakan dalam sekian chapter satu semesternya di Psikologi.

Juga jangan bayangkan, bahwa Psikologi tidak berurusan dengan angka, karena dari awal perkuliahan, kami sudah ditempa dengan Statistik untuk behavioral science kemudian Psikometri dan puncaknya di Konstruksi Alat Ukur. Mata kuliah ini adalah momok yang cukup menumpahkan adrenalin saat pengerjaan tugasnya

Jangan bayangkan, bahwa bila anda jadi mahasiswa Psikologi bisa mengerjakan tugas anda sendirian. Karena kebanyakan dari tugas dikerjakan berkelompok dan tentu saja, kerajinan, perilaku anda pada teman, dapat mempengaruhi nilai anda nantinya. Jadi kesimpulannya, berbaik-baiklah pada teman dan bekerja samalah dengan tim yang solid kalau tak mau nilaimu jelek dan harus mengulang tahun depan.

Jangan bayangkan, bahwa belajar di Psikologi, adalah berupa ceramah satu arah. Karena ternyata, kami diarahkan untuk mengkomunikasikan apa yang ada di benak dengan berdiskusi, berkolaborasi. Jadi tidak ada istilah ” gak bisa ngomong” atau perkuliahan yang hanya mendengarkan dosen berceloteh. Metode pengajarannya juga khas. Mana ada fakultas yang kegiatan perkuliahannya banyak diisi dengan nonton film, dengan tugas membuat resensi film kalau tidak di Psikologi. Kami juga bisa diasyikan dengan mata kuliah yang mengundang celetukan-celetukan dan tawa seisi kelas seperti Perilaku Seksual. Karena tak ada kata ”vulgar” dalam kamus Psikologi, semua hal vulgar tak kan pernah menjadi vulgar bila dikemas dalam ranah ilmiah

Jangan bayangkan bahwa semua mahasiswa Psikologi seperti ” dukun” atau ” ahli astrologi” yang langsung tahu kepribadian seseorang hanya dari melihat giginya. Karena kami belajar teori-teori kepribadian yang merupakan aliran-aliran khas dalam psikologi, dan untuk itu, kami bisa lebih cenderung menyetujui aliran yang mana untuk dapat dikuasai lebih lanjut. Setiap gejala bisa diterangkan dari pandangan aliran tersebut, dan sejauh mana kami bisa menerangkannya. Tergantung dari penguasaan setiap teori. Saya sendiri tidak terlalu suka dengan teori psikoanalisa oleh Sigmund Freud yang selalu melihat sisi kelam manusia, saya juga tidak suka teori behavioris oleh Watson yang mereduksi tingkah laku manusia hanya dengan reinforcement dan punishment. Saya lebih suka pandangan psikologi terbaru yang disebut dengan Positive Psychology dari Martin Selignman yang membahas mengenai memaksimalkan keberfungsian manusia. Walaupun, suka tidak suka kami tetap harus mempelajari semua teori dari semua tokoh. Setiap tokoh ini istimewa, bahkan kami mempelajari biografinya dengan lengkapnya. Seakan mereka itu, sangat dekat.Dalam literatur-literatur yang kami baca, dalam diskusi panjang bersama rekan-rekan, dan dalam perkuliahan bersama professor-professor nan idealis dan nan perfeksionis tiada duanya se Indonesia.

Jangan bayangkan bahwa kami hanya belajar penyakit-penyakit psikologis saja seperti mengapa orang jadi gila, bunuh diri, dan sebagainya. Kami belajar memahami manusia tidak hanya sekedar psikopatologinya tapi juga keberfungsiannya sebagai manusia. Nilai-nilai luhurnya sebagai makhluk Tuhan dengan akalnya. Kami belajar menemu kenali kehidupan kami dalam asyiknya di mata kuliah Psikologi Perkembangan Manusia dengan teori Erik Erikson dan mengkilas balik tahapan sebelumnya, memikirkan bagaimana cara memecahkan virtu tahapan sekarang, dan merencanakan sesuatu untuk tahapan selanjutnya. Satu proses perkembangan yang luar biasa megah di setiap episodenya terputar di setiap perkuliahan ini.

Jangan bayangkan bahwa kami hanya sekedar kuliah. Karena sebagian besar dari kami memiliki multi peran dimana setiap perannya berpeluang konflik. Misalnya, salah seorang teman yang bekerja, ia juga seorang ibu dengan dua anak, seorang istri dan seorang mahasiswa Psikologi dengan tugas-tugas menggila. Ia harus mencuri-curi waktu agar bisa belajar dan mengerjakan tugas. Salah satu cara effektif bagi kami adalah memaksimalkan fungsi e-mail. Karena sulit untuk bertemu di luar kuliah untuk mengerjakan tugas. Tapi tak semua rekan yang multi peran ini, berantakan kuliahnya lho. Bahkan ada beberapa orang, yang secara prestasi cukup bagus pencapaiannya. Walaupun juga banyak juga, yang berguguran.

Jangan bayangkan bahwa kami hanya sekedar bicara teori. Kami harus turun ke masyarakat untuk mencari jawaban atas fenomena-fenomena. Lulusan Psikologi paling ditempa dalam merumuskan penelitian. Berbeda dengan lulusan Fak. Psiko Universitas lainnya, yang menjadi pengoperasi alat tes. Kami ditempa untuk membuat alat tes. Walaupun, mengerjakannya juga dengan termabuk-mabuk, begadang, menginap di rumah teman, dan seribu satu cerita lainnya.

Jangan pernah membayangkan kami hanya belajar di ranah ilmu psikologi saja. karena bidang lainnya yang bersinggungan dalam diagram venn menjadi kajian juga. Bidang-bidang yang bisa dikemas dalam pemahaman psikologi. Kami mempelajari sosiologi,pendidikan, periklanan,perilaku konsumen, entreupreuner, perdamaian, perempuan dan gender, antropologi dan yang jelas adalah Filsafat. Ini adalah salah satu mata kuliah favoritku,karena belajar filsafat seperti belajar mengenai mempolakan pikiran ke dasar. Rumit tapi mempesona.


Juga jangan pernah membayangkan bahwa semua mahasiswa Psikologi adalah orang yang paling menyenangkan, bisa diajak curhat , perhatian dan baik hati. Karena mahasiswa Psikologi adalah manusia. Dan karena manusia itu Unik. Maka, dengan kepribadian yang berbeda-beda juga tidak bisa digeneralisasi sedemikian rupa. Toh, banyak juga orang-orang Psikologi yang juga bermasalah secara emosi seperti sulit mengendalikan amarah, cenderung moody, cenderung neurotik, sok tahu, tidak percaya diri, gampang menjudge orang, merasa dirinya lebih pintar, dan lain-lain. Bahkan sampai sekarang, kami juga masih tercengang-cengang dengan fenomena dosen-dosen yang sekiranya masih ada yang seperti itu. tapi yach, dosen juga manusia bukan??

Jangan pernah membayangkan bahwa lulus dari Strata Satu Psikologi dapat langsung membuka praktik sebagai Psikolog. Karena ternyata perjalanan masih panjang. Kalau berminat menjadi Psikolog berarti harus menempuh dua tahun pendidikan Profesi S2 di setiap peminatannya. Ada Psikologi Klinis dewasa, klinis anak, pendidikan, Psikologi industri dan Organisasi, dan juga Sosial.Dengan biaya yang juga fantastis untuk ukuran kantongku. Seorang Psikolog harus disumpah dan mematuhi Kode etik Profesinya.Bila tidak berminat menjadi Psikolog, ada bermacam pilihan spesifik terapan psikologi yang bisa dipilih seperti Psikometri, intervensi sosial, dan lain-lain.

Oya, yang terakhir adalah jangan pernah bayangkan bahwa menjadi bagian dari Psikologi itu sama dengan pluralisme, sama dengan sekulerisme, liberalisme, dan isme-isme lainnya. Satu hal, dengan mempelajari Psikologi. Kami melihat Bukti Kebesaran Allah yang terbaca jelas dalam tingkah laku manusia. Kami melihat bahwa Allah menciptakan perbedaan sejelas-jelasnya agar manusia berpikir. Dan kami belajar menerima perbedaan itu dengan menyingkirkan barrier-barrier dalam skema kognitif kami. Kami terbiasa untuk tidak men-judge seseorang hanya karena satu dua aspek yang berbeda dari orang kebanyakan.


Itulah mengapa, anak psikologi sering dianggap ” nyeleneh” bila dia malah berpandangan berbeda dalam menyikapi satu fenomena seperti homoseksual, PSK, anak luar biasa, dan lain-lain. Bagi kami, agama bukanlah barrier yang menjadi dalil untuk menghujat seseorang. Karena judgement dan diskriminasi tak pernah menjadi solusi. Dan ini bagiku adalah satu kemewahan tersendiri yang hanya dirasakan bila kita memahami bahwa dengan belajar psikologi kita juga akan belajar untuk tidak menjugment diri kita sendiri. Kita belajar untuk mengenali bahwa sebagai manusia, kita dibekali dengan potensi-potensi luar biasa yang mengokohkan definisi kita tentang siapa diri kita.

Kurasa terjun menjadi individu Psikologi, adalah sebuah proses yang tak pernah bertemu pada satu titik karena kita akan menemukan titik lagi sebagai tujuan, menemukan lagi dan terus begitu

Kembali ke pertanyaan utama diatas, jadi sebenarnya dengan mata kuliah yang disajikan di kuliah Psikologi apakah lulusan Psikologi dapat berkiprah di Masyarakat. Maka menurut saya akan dikembalikan kepada faktor-faktor individual dalam memahami ilmunya, dan niat tulus untuk berkiprah di berbagai bidang di masyarakat. Karena idealnya, Psikologi tanpa berkiprah untuk kesejahteraan manusia bukanlah ilmu. Psikologi dengan mengendap dalam tempurung otak belaka, juga bukanlah ilmu. Kami ada untuk menjawab kebutuhan masyarakat di setiap aspeknya. Karena di mana ada manusia, di situlah Psikologi berada. Kami yang belajar di dunia akademis tentang tingkah laku manusia toh juga harus belajar dari kehidupan nyata. Bahkan belajar dari sorot mata individu-individu rendah hati yang kaya pengalaman tapi tak tau apa “labelisasi” dari pengalamannya itu.

Karena Psikologi dalam belajar Psikologi begitu dinamis, luas, mengakar, mendalam, menguniversal, mengkualitatifkan, mengkuantitatifkan, mengabstrakkan, mengkongkritkan, memfilosofikan, merumuskan, mempertanyakan dan menemukan jawaban.

Dengan segala kemabuk-mabukan kami di situasi tugas, keblenger-blengeran kami di tumpukan buku-buku tebal berbahasa Inggris, kepusing-pusingan kami membaca jurnal, kecemas-cemasan kami ujian, kedag-dig-dug-an kami menunggu nilai, kerela-relaan kami menabung untuk membayar SPP, keterbirit-biritan kami berlari sana-sini antara pekerjaan, kuliah dan keluarga, keseruan diskusi-diskusi panjang kami, keindahan dialog perkuliahan dengan sang dosen mempesona. Psikologi adalah satu hal yang paling spesial dalam hidup kami. Sampai mati pun, kenangan dalam rumitnya Psikologi dalam belajar Psikologi tak akan pernah terhapus dalam memori otak kami.

Nina Kreasih
Diketik sehabis ujian comprehensif Pelatihan. Pulang larut malam, flu berat dan mataku enggan terpejam.

20 komentar:

  1. apakah di kelas pararel Psikologi UI lebih banyak mereka yang bekerja atau tidak?...

    berapa persenkah dari angkatan mbak yang mempunyai alasan masuk menjadi mahasiswa psikologi karena latar belakang belum menemukan jati dirinya/ mereka yang telah menyelesaikan jurusan perkuliahan tertentu?...

    makasih .

    BalasHapus
    Balasan
    1. to mocodelova
      saat ini aku sudah lulus dari psikologi UI kelas ekstensi. ketika aku keluar, kelas paralel baru saja dibuka. sehingga maaf, aku kurang begitu mengetahui tentang hal ini. tetapi aku yang aku ketahui, kelas paralel itu memiliki jadwal kuliah yang sama dengan reguler, yaitu dari pagi sampai sore. hal ini bisa saja tidak memungkinkan mahasiswa untuk bekerja, kecuali bila bekerja after study.

      nah untuk pertanyaan kedua. berapa persen alasan masuk psikologi karena latar belakang.. hmm.. aku rasa sampai saat ini masih belum pernah ada penelitian tetnang itu. setiap mahasiswa punya alasannya sendiri2 yang relatif. bisa saja, kalau salah satu rekan saya, masuk psikologi karena ingin kerja di hrd, ada juga yang ingin dpt promo dari kantor, ada juga karena ceweknya kuliah disitu. naah.. begitu mocodelova.
      semoga bisa membantu..

      terima kasih dah singgah di blogku

      Hapus
  2. to mocodelova
    saat ini aku sudah lulus dari psikologi UI kelas ekstensi. ketika aku keluar, kelas paralel baru saja dibuka. sehingga maaf, aku kurang begitu mengetahui tentang hal ini. tetapi aku yang aku ketahui, kelas paralel itu memiliki jadwal kuliah yang sama dengan reguler, yaitu dari pagi sampai sore. hal ini bisa saja tidak memungkinkan mahasiswa untuk bekerja, kecuali bila bekerja after study.

    nah untuk pertanyaan kedua. berapa persen alasan masuk psikologi karena latar belakang.. hmm.. aku rasa sampai saat ini masih belum pernah ada penelitian tetnang itu. setiap mahasiswa punya alasannya sendiri2 yang relatif. bisa saja, kalau salah satu rekan saya, masuk psikologi karena ingin kerja di hrd, ada juga yang ingin dpt promo dari kantor, ada juga karena ceweknya kuliah disitu. naah.. begitu mocodelova.
    semoga bisa membantu..

    terima kasih dah singgah di blogku.

    ^_^

    BalasHapus
  3. waah menarik :)
    saya lulus SMA tahun ini, jurusan IPS. saya tertarik mengambil psikologi unibraw (meski akreditasinya C, setidaknya persaingannya tidak seketat UGM) tp saya ragu apakah saya cocok dijurusan ini, saya senang mengamati individu dan sering sok tau menebak2 sifat orang, saya senang jika diajak curhat apalagi memberi motivasi ke orang tsb, hanya saja saya jarang diajak curhat -__- menurut mbak yang ilmunya sudah level dewa ini ^^ apakah saya cocok di psikologi? dan apa saja bekal ilmu yang menunjang utk jurusan ini? apakah matematika sgt mendominasi? soalnya saya tidak pandai matematika -_-
    terimakasih :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai Dewistya.. oh, lama sekali saya tidak melongok ke blog ini. dan maaf sekali saya baru saja baca pertanyaanmu..waduh maaf ya baru baca. sekarang apakah dirimu sudah ambil kuliah di Psikologi kah ?

      Hapus
  4. saya mau kulaih psikologi di UI. aamiiin :)

    BalasHapus
  5. Kakak, postingannya sungguh luar biasa :)) saya sangat senang membaca postingan ini.
    Saya anak yang duduk dikelas XI-SMA, dan saya sangat tidak tenang saat ini karena otak saya sepertinya sedang ketakutan untuk menghadapi masa depan luar biasa yang tidak lama lagi. Tiga bulan menuju XII SMA menurut saya adalah waktu yang paling sedikit untuk saya berpikir lebih matang dalam memiliah jurusan yang akan saya ambil. Mohon sharingannya kak, saya berniat mengambil jurusan psikolog tetapi saya belum tahu betul apa yang harus saya kuasai saat dibangku SMA ini. Saya dengan sangat memohon kakak mau membalas pertanyaan saya ini jika memang waktu cukup luang. Terima kasih atas semuanya kakak :))
    Semoga semua menjadi manfaat :))

    BalasHapus
  6. Kak, selamat sore sekarang (ketika saya mengepost ini, waktu menunjukan pukul 17:26 WIB).

    Post-an kakak sangat bagus. Saya sampai berpikir bahwa mungkin saya seharusnya memilih jurusan ini. Saya sedang bimbang memilih jurusan mana yang mungkin tepat dengan saya. Saya sangat senang dengan meneliti manusia, mempelajari manusia, karena membahas tentang manusia tidak ada habisnya. Manusia kan berbeda-beda dan sangat menarik. Tapi saya masih ragu untuk memilih jurusan ini. Saya meminta pendapat kakak. Apakah yang harus saya lakukan? Saya hanya meminta solusi. Orangtua saya meminta saya menjadi seorang dokter. Tapi saya rasa hal itu sungguh berat. Maka saya mencari alternatif lain. Mungkin psikologi. Tapi saya ragu, Kak. Saya harap kakak membalas komentar saya ini. Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarawe sayang. maaaf saya sudah lama sekali tidak merawat blog ini sehingga pertanyaanmu sudah lama sekali terlewatkan.

      mungkin jawabanku sekarang sudah tidak relevan dengan pertanyaanmu dahulu, secara ini sudah 4 tahun terlewat.
      dan sekarang aku yang malah bertanya kepadamu..
      jurusan apakah yang kau pilih sekarang, dear??

      apakah kamu bahagia dengan pilihanmu?
      apakah kamu punya visi dan misi akan pilihanmu.. ??

      aku harap pasti iya..
      have a good life ya dear..

      Hapus
  7. Lengkap sekali pembahasannya kaak:) akhirnya ketemu yang seperti ini, saya jadi termotivasi dan semoga saya makin yakin untuk masuk ke Psikologi tahun depan! Amiin.

    BalasHapus
  8. Kak apa kira kira persiapan untuk kuliah jadi psikolog , yang harus saya pesiapin dari kelas X SMA ini apa ya kak kira kira mohan jawabanya ?
    Mukhsin
    Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. persiapan apa ya..
      persiapan hati hehehe.. dan semangat yaa

      Hapus
  9. Mbak,mau tanya apakah ekstensi UI Psikologi masih ada saat ini ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah gak ada say..
      kalau minat boleh tanyakan info lebih lanjut ke fakultas psikologi ui, terimakasih

      Hapus
  10. Terimakasih infonya, jangan lupa kunjungi website kami https://bit.ly/2S9KJfH

    BalasHapus
  11. Hallo ka, terimakasih telah berbagi pengalaman kepada kami.Sangat menarik, lengkap sekali pembahasan nya, saya baru membaca blog ini padahal blog ini ditulis tahun 2011.sangat membantu saya untuk melangkah lebih dekat mengetahui jurusan Psikologi. Saya merupakan anak kelas XII-SMA IPS tahun depan saya berniat untuk melanjutkan study jurusan Psikologi UI(insyaallah) tetapi ada hal saya yang membuat saya sedikit kehilangan kepercayaan diri ka,saya kurang pandai dalam berbahasa Inggris😥, apakah benar jurusan Psikologi harus pandai dalam berbahasa Inggris? Karena banyak sekali yang saya baca di artikel bahwa buku psikologi 90% menggunakan bahasa inggris. Dan juga apakah kita bisa kerja sambil kuliah? Mengingat jurusan Psikologi akan banyak tugas yang perlu diselesaikan bersama-sama yang menyita banyak waktu. Berharap kaka membalas komentar saya ini, terimakasih🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. haaai..Resty..maafkan setahun terlewat baru membalas komenmu. apakah sekarang sudah masuk di Psikologi??
      belajar psikologi memang banyak pake bahasa inggris. tapi jangan takut kalo merasa kurang pandai berbahasa inggris. kan bisa sekalian belajar koq.. seiring waktu ngeupgrade banget kemampuan bahasa inggris. cayooo yaaa...

      Hapus
  12. halo ka, mau bertanya apakah masuk psikolog harus mahir bahasa inggris??

    BalasHapus