Persepsi Kasih
Kau tau anakku, ada suatu cerita seekor kambing yg sedang berjalan dan
berpapasan dengan seekor ayam, kemudian dia berkata kepada si ayam,
"hei, kasihan sekali engkau, kakinya hanya dua!"
dan si ayam meringis membalas apa yang diucapkan si kambing
"Lho, kamu yang lebih kasihan. masak tangan dijadiin kaki seperti itu"
Anakku, kisah ini mengandung makna. sering kali kita berfikir
orang lain akan berfikir seperti yang kita fikirkan, tetapi tidak
begitu. Kasihannya versi masing2 hewan, berbeda-beda definisinya. Itulah
yang dinamakan Persepsi. Subjektif, dilihat dari kacamata si empunya
mata.
Nah, dalam hidup, kita pasti akan menjumpai orang-orang
yang terkadang menurut kita "lho koooqq.. begitu amat sih, bukankah
seperti ini semestinya, bukahkah seperti itu semestinya". Ketahuilah,
Jangan memaksakan kehendak, Jangan memaksakan isi kepala kita mesti sama
dengan yang mereka fikirkan, Jangan habiskan waktumu pada orang-orang
yang bersikeras pada apa yang diyakininya walau kau tau itu salah.
Manusia tumbuh berkembang sebagai suatu sinergi interaksi antara
genetika yang dimilikinya dan juga pengaruh lingkungan. Pola asuh adalah
salah satu yang sangat penting sekali dalam pembentukan karakter
manusia. dan tidak ada orangtua yang sama persis pola asuhnya di dunia
ini. dan itulah tugas penting orangtua, menanamkan nilai-nilai yang
menjadi bekal anak nanti dalam menempuh kedewasaan. Dengan pola asuh
yang diyakininya, dia akan menempa sang anak, berharap bahwa anak-anak
mereka akan tumbuh besar menjadi manusia yang bermanfaat dan agung
dengan nilai.
Di dalam Keluarga, itulah sekolahmu yang tak
akan pernah usai. Di dalam keluarga, itulah dimana kamu melatih rasa,
cinta, karsa, membuatmu berpersepsi seperti yang sekian lama sudah
menjadi pengalaman hidupmu. Di dalam keluarga, kau kemudian menarik
kesimpulan, hal-hal mana yang akan kamu bawa serta, menjadi nilai
keseharianmu, menjadi bendera harga dirimu, menjadi ciri khas sikap
karaktermu, teguh, tak terombang ambing oleh kemelut, atau hal-hal mana
yang semestinya kamu lepaskan, atau kamu buang seketika.
Kau
tau anakku, bahkan walau jika aku ini ibumu mengajarkan keburukan
kepadamu, kamu masih punya pilihan untuk menanamkan dalam hati, atau
membuangnya jauh-jauh. aku tentu saja tak sama denganmu. kamu juga tak
sama dengan aku. kita hidup berbeda zaman, dan berbeda dinamika.
Kebaikan dan Keburukan, adalah pakem yang terkadang saklek dan pasti
bergulir dari zaman ke zaman. Norma disepakati, namun nilai tetap
subjektif tergantung bagaimana seseorang menanamkannya. bagi sebagian
orang lain, penting, dan ia teguh dengan nilai yang diyakininya. bagi
sebagian lagi, tak perlu, toh aku bisa hidup baik-baik saja tanpa nilai
itu. bagi sebagian lagi, mungkin menghempaskannya, mencibirnya, bahkan
berkeliling dunia berkampanye untuk menghilangkan nilai-nilai itu. bisa
saja...
Kredo sederhana tentang nilai
"Siapa yang Menanam, dia akan Menunai".
begitulah bagaimana aku mengajarkanmu tentang hukum sebab akibat ini.
Nilai-nilai kebaikan tidak akan tertukar dengan mata uang apapun. dan
Keindahan Budi Pekerti, luhur jujur selaras antara hati, ucapan, pikiran
dan perbuatan, tidak akan pernah tertindas oleh mereka yang bermuka
manis namun menusuk dari belakang. Senyum sabar, tak akan pernah
terintimidasi oleh mereka yang bernafsu tapi tak berilmu. Begitu banyak
nilai kebaikan yang mestinya terserap, dan terpantul-pantul dalam dialog
kita pagi tadi. dan masih banyak lagi yang akan terus kita pelajari
bersama. Dalam suka, dalam cita, dalam cinta, dalam bahagia..
dalam bahasa kasih, dan pelukan sayang..
satu hal yang pasti kau amati
memahami persepsi kasih, melimpahimu energi yang menyelimuti, melepaskannya ke seluruh penjuru..
HIdup memang tidak akan selalu menyenangkan, dan aku tidak akan selalu
ada untukmu, dan kupastikan kamu tidak akan pernah gagal menerjemahkan
persepsi kasih energi dari berbagai manusia setiap hari.
memulai pagi ini, dengan senyum terbaik..
^^